Lagi-lagi ide untuk menumpahkan ribuan kalimat yang melintas dipikiranku tak pernah kunjung habis. Terlebih selama aku mulai merantau demi memupuk ilmu yang lebih lagi di bangku perkuliahan. Tiga belas hari lagi adalah waktu dimana sebulan sudah aku tengah merasakan “Hidup Untuk Berjuang dan Berjuang Untuk Hidup”. Aku seorang wanita yang masih berusia 18 tahun. Ya, aku tahu bukan hanya aku yang terpaksa mengalami hal ini hanya demi satu tujuan yang kurasa sama yaitu menjadi “Pendobrak Mimpi”. Semua orang yang merantau, pasti ingin menjadi pendobrak mimpi. Ya, bukan “Sang Pemimpi”. Ada hal janggal yang kubaca dalam dua kata tersebut. Menurutku rasanya sedikit sia-sia jika kita hanya menjadi sang pemimpi. Karena apa? Kita boleh bermimpi apa saja sesuka hati kita. Bermimpi itu tidak mengenal waktu dan tidak berbayar. Kita boleh mencatat jutaan mimpi yang ingin kita capai. Ya, itu namanya sang pemimpi. Namun, aku lebih ingin menjadi pendobrak mimpi. Tidak hanya menuliskan mimpi-mimpi itu, tetapi suatu saat nanti bahkan bila perlu secepatnya kubuat nyata mimpi yang telah aku tulis tersebut. Sedikit cerita, ketika Masa Pengenalan Akademik untuk Mahasiswa baru, diberikan tugas untuk membuat mind map tentang target prestasi yang ingin dicapai dalam jangka panjang maupun pendek. Dan aku membuat gambar larangan rambu lalu lintas “Pemimpi” sebagai inti dari mind map yang aku buat. Aku benar-benar ingin menjadi pendobrak mimpi, bukan hanya sang pemimpi. Alhasil, panitia mengerti akan isi mind mapku dan mereka mengapresiasikannya. Ya, mind mapku dipajang di mading Bimbingan dan Konseling.
Kembali ke konteks awal. Berat, dan masih sangat terasa berat olehku untuk jauh dari orang-orang yang aku sayangi dan selalu ada untuk memberikan bantuan. Ini fase permulaan yang terkesan sulit. Tentu saja sulit, karena aku belum terbiasa dengan keadaan seperti ini. Selalu ada hikmah dibalik setiap peristiwa. Entah peristiwa yang kita sukai maupun tidak. Semuanya patut kita syukuri tanpa ada kejanggalan. Kita hanya perlu menekankan dalam diri kita bahwa kita hidup untuk berjuang, dan berjuang untuk hidup. Ketika merasa kesepian, bersedih, berduka, bersukaria, berbahagia, kita punya Allah yang tidak boleh dilupakan. Bijak memang, tulisanku ini bijak. Dan akupun belajar hidup melalui tulisanku sendiri.
Hidup untuk berjuang. Kita dilahirkan, lalu dibesarkan ditengah kasih sayang mereka orang yang kita cintai. Keluarga. Kita hidup, dan kita tumbuh menjadi dewasa. Dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Mana keputusan bijak yang dapat kita ambil, dan mana keputusan yang mesti dipertimbangkan lagi. Ya, itulah hidup. Ada masa sulit, bahkan tersulit. Ada masa kita terjatuh, tersungkur, bahkan dijatuhkan sekalipun. Ada masa dimana kita membahagiakan, atau bahkan dibahagiakan. Itulah hidup. Sedikit masalah yang menerpa, sedikit cobaan yang menimpa, jangan dijadikan alasan untuk murka kepada Yang Kuasa. Cari dan ambil hikmahnya. Bukankah kita sudah tahu dan sering mendengar kalimat “ Allah tidak pernah memberikan cobaan kepada manusia melebihi batas kemampuannya” ? Jangan munafik. Jika kita mendapati cobaan, curahkan kepadaNya. Mintalah pertolongan padaNya. Mohonlah agar diberi kesabaran yang lebih olehNya. “ Ya Allah, tanamkan kesabaran itu selalu didalam diri hamba, agar suatu saat nanti hamba dapat memetik buah dari kesabaran itu”. Teruslah berjuang. Perjuangkan sesuatu yang mesti kita perjuangkan. Karena hidup untuk berjuang. Buang rasa takut, apalagi ragu. Kita punya Allah. Beribadah, berusaha, berdoa, ikhtiar, tawakkal.
Berjuang untuk hidup. Siapa yang tidak ingin menikmati kesuksesan? Merasakan indahnya hidup? Buah dari perjuangan kita yang akan memberikan kepuasan tersendiri nantinya. Mulai niat dari dalam diri kita. Kita pasti mempunyai banyak rencana untuk kedepannya bukan? Tetapi perlu kita ingat satu hal, “Rencana Allah pasti akan jauh lebih indah” jadi kita tidak perlu merasa putus asa ketika rencana yang kita inginkan harus gagal. Siapa yang dapat menghalangi takdir Allah? Siapa yang dapat menentang takdir Allah? TIDAK ADA SATUPUN. Lantas, kita hanya perlu mengambil kesimpulan bahwa Jika gagal, kita meski mencoba lagi dan terus berusaha. Atau menyadari bahwa hal tersebut bukan untuk kita.
Banyak hal dalam kehidupan ini. Rasanya sulit untuk dijamak satu persatu. Apakah kita masih akan tetap disitu jika Allah sudah mengatakan bukan jalannya? Kita harus berjuang, kita harus mencari lagi titik terang itu. Untuk apa? Untuk indahnya hidup bukan?
Kita sama-sama belajar. Selama meniti kehidupan dan mulai beradaptasi dengan lingkungan yang baru ini, sedikit demi sedikit tertanam hal-hal dan istilah-istilah yang sering aku dengar namun disepelekan. Aku baru menyadari betapa berarti dan memang benar adanya hal-hal tersebut sering terngiang sepanjang masa. Aku belajar untuk menerapkan dan menanamkannya kedalam diriku. Aku ingin terus berjuang dan terus hidup. Aku ingin membahagiakan orang-orang yang sangat aku kasihi, aku cintai.
Jakarta, 10 September 2014
Nasha Dilia
Jalaluddi Rumi " Yang mengenal Dirinya yang mengenal Tuhanya "
BalasHapusAaamiin..
BalasHapusSeneng deh lihat cara mba menulis, kata-katanya sederhana tapi langsung ngena.. Btw, kita satu almamater ya.. Salam Kenal ._.V
BalasHapusHehe terimakasih kak. Oya? Iya salam kenal :)
BalasHapuskak? Duh saya masih maba -__-.. iya, unj kan?
BalasHapusYa sama dong, saya juga mahasiswi smt 1 -_- iya UNJ
BalasHapus