Teruntuk dirimu yang amat mulia
Tiada bandingannya
Ayah, nampaknya aku tidak bisa jujur bahwa hatiku lara
Rasanya, aku lebih kuat jika harus tidak melihatmu
Rasanya aku tak ingin pulang ke rumah
Bukan, bukan aku tak mencintaimu
Aku sangat mencintaimu ayah, sangat..
Betapa hatiku selalu iba melihatmu
Penyakit itu nyaris menggerogoti tubuhmu secara perlahan
Engkau terlihat menua
Tubuhmu nyaris sepertiku, kurus dan kering
Aku tidak baik-baik saja dengan keadaan ini
Aku tidak bangga karena akhirnya orang tuaku kurus sepertiku
Aku sangat ingin Tuhan mengembalikan sosokmu yang gemuk, kuat, dan hebat
Sosokmu yang selalu menjadi kebanggaan
Bukan hanya untuk keluarga kita saja
Tetapi juga relasimu dalam dunia pendidikan
Engkau sosok yang hebat
Sosok yang tidak pernah menyakitiku setitik noda pun
Engkau selalu membuat hatiku berbunga, bergelora, dengan semangat dan ambisimu
untuk aku dapat melanjutkan pendidikan setinggi yang aku inginkan
Aku tidak ingin kesemua itu
Tetapi aku berjanji akan melakukannya untukmu, ayah
Lekas sembuh..
Lekas kembali menjadi hebat dan gagah
Wahai kebanggaan banyak insan..
Jakarta, 06 Maret 2016
Delia Isnasari
Puisi ini di dedikasikan untuk Alm. Ayah yang meninggal pada 06 Desember 2016. Sebenarnya, aku buat puisi ini udah lama. Dulu, waktu ayah sakit. Dulu, Ayah harus masuk rumah sakit lagi. Tapi, Mama nggak bilang hal itu. Aku malah tahu dari sahabatku. Seketika, aku rapuh. Aku bingung dan khawatir. Seperti biasa, aku selalu meluapkan emosi sedihku melalui tulisan. Tulisan inilah yang aku persembahkan secara diam-diam untuk ayah. Sekarang mungkin ayah tahu isi puisi ini. Aku yakin, ayah melihatku dari sana.
Oya, puisi ini pernah aku buat musikalisasinya. Lalu aku post di instagram. Tapi sudah kuhapus. Tapi nanti akan aku post lagi di akun @nashadilia yaa! :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar